Imlek di Tengah Pandemi, Bagaimana Dengan Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal

Tegal SRI-media com. – Bagi masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa, setiap perayaan tahun baru imlek (Sincia), merupakan perayaan paling penting bagi mereka.

Di tahun 2022 ini, perayaan imlek yang ke-2573 akan jatuh mulai tanggal 1-15 Februari 2022, dimana puncaknya (Cap Go Meh) adalah tanggal 15.

Seperti halnya bagi warga Tionghoa di Kota Tegal, Jawa Tengah, mereka mulai bersih-bersih, mengecat kelenteng, dan memasang pernak-pernik imlek sebelum awal bulan Februari 2022.

Sebagai contoh di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, telah dilakukan sejumlah ritual (27/1), sebelum membuka pintu kelenteng tertua di pantura itu, diantaranya adalah sembahyang kepada Tuhan YME, sembahyang kepada kongco atau dewa, pemasangan bendera lima warna, hingga penempelan Hu atau kertas kuning bertuliskan mantra.

Pandita Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, Chen Li Wei mengatakan, pembukaan pintu kelenteng merupakan satu dari sekian rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2022, dimana setiap kali perayaan imlek maka lima pintu klenteng dibuka yang artinya istana para dewa siap menyambut kedatangan mereka.

“Selain itu juga sebagai doa agar di perayaan Imlek tahun ini diberikan kelancaran,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, Imlek tahun ini masih dirayakan secara sederhana karena masih di tengah wabah pandemi covid-19.

“Tidak kita adakan perayaan yang bersifat hiburan bagi masyarakat seperti pertunjukan barongsai dan kirab Toa Pe Kong, karena itu akan menimbulkan keramaian dan kerumunan,” tandasnya.

Namun pada perayaan saat Cap Go Meh kali ini, akan dilakukan sembahyang di laut yaitu di Pantai Alam Indah (PAI) Tegal, yang bertujuan untuk mengenang datangnya Kongco Tek Hay Cin Jin. Ritual ini sebagai penutup sebelum pintu klenteng ditutup dan perayaan Imlek 2022 selesai.

Sehingga demi kelancaran acara, ia meminta kepada umat yang akan mengikuti rangkaian ritual imlek agar tetap mematuhi protokol kesehatan.

Terpisah disampaikan Ocdy Susanto, pemerhati kebudayaan Tionghoa Jawa Tengah, bahwa masyarakat Tionghoa sejak dulu sudah terbiasa dengan berbagai upacara adat, mulai dari seorang anak dilahirkan, dinikahkan, sampai dengan kematiannya, bahkan saat mengalami musibah. Jadi Semuanya telah diatur.

“Warga Tionghoa yang kehilangan salah satu anggota keluarganya maka mereka akan berkabung selama tiga tahun lamanya. Jadi tidak mengherankan jika perayaan kegembiraan menyambut tahun baru Imlek dilakukan sampai dengan 15 hari,” bebernya, Jumat (28/1/2022).

Terkait adanya kebijakan dari pemerintah RI agar tidak merayakan imlek secara besar-besaran, dirinya tetap menyambut baik karena itu untuk kebaikan bersama.

“Imlek tetap boleh dirayakan namun secara sederhana dan mematuhi protokol kesehatan covid-19. Ucapan selamat tahun baru imlek kepada sanak-saudara bisa dilakukan lewat pesan SMS, chat, telpon, video call, video conference, atau aplikasi zoom meeting, sedangkan untuk angpao bisa ditransfer,” tegasnya.

Ia mengajak kepada seluruh WNI keturunan Tionghoa agar tetap mendukung upaya pemerintah memerangi penyebaran pandemi. Seperti acara makan malam bersama Sincia 2022 dengan anggota keluarga yang tidak serumah dan saling berkunjung-kunjungan selama masa Sincia tahun ini walaupun antar sesama keluarga kandung tapi tidak serumah.

Pasalnya, kumpul keluarga selama masa liburan sudah terbukti menjadi ajang besar penularan covid.

“Tiadakannya Sincia tahun ini agar di tahun-tahun kedepannya dapat merayakan kembali Sincia bersama keluarga terkasih. Ini perlu kesadaran mulai dari masing-masing individu,” imbuhnya.

Tak lupa ia menghimbau khususnya bagi warga Tionghoa di perayaan Imlek tahun ini, agar juga berdoa sehingga pandemi covid segera berakhir, perekonomian cepat pulih, dan bisa kembali menjalani kehidupan maupun ibadah seperti sebelumnya. (red)

Tinggalkan Balasan