Kisah Pedagang kali lima Yang Sukses

Bandung SRI-Media com,- Sejak virus corona masuk ke Indonesia, pemerintah menggalakkan sistem PSBB atau Pembatasan sosial berskala Besar untuk mencegah rantai COVID-19. Dengan berlakunya sistem PSBB ini, maka banyak masyarakat Indonesia yang melakukan karantina di rumah dan tidak boleh pergi keluar rumah, selain untuk hal penting atau bekerja.

Seperti yang terjadi di kota Bandung, Sejak ada pandemi ini, pemerintah menghimbau warga untuk tetap di rumah saja. Sehingga ada banyak toko dan mall di kota Bandung yang tutup, sekolah di liburkan dan banyak pekerja yang work from home. Tentu aja sistem PSBB ini membuat beberapa pedagang kaki lima gulung tikar, karena sepi pembeli di kala pandemi ini.“

Saya berdagang sebagai pedagang kaki lima ini sudah sejak tahun 2009 sampai sekarang. Pendapatan kami sejak adanya pandemi ini terus menurun, dan keluarga kami mengalami krisis moneter karena jualan kami sepi pembeli. Tetapi kami tidak menyerah begitu saja dalam berdagang.” Ungkap Ibu Surjiyah yang sering disapa ibu Arem saat ditemui wartawan belum lama ini.lapak tempat jualan bu Surjiyah, adalah lapak makan yang menjual berbagai macam macam makanan mulai dari nasi kuning, lontong, dan makanan lainnya.

”Lapak PKL ini sudah berdiri lama ,Semenjak adanya pandemi, tentu saja lapak milik ibu Surjiyah yang berlokasi di Jl Pasirkaliki , tepatnya berada di depan pintu keluar RSHS Bandung ini sepi selama kurang lebih satu tahun. Bu Suripah juga mengaku bahwa selama pandemi ini memiliki kerugian yang besar dan ia tidak memiliki pemasukkan seperti biasa iya dapatkan.

Setelah PSBB berakhir, warung Bu Suripah ini kembali berjualan. Namun hal ini membuat bu Saripah semakin stres, karena pendapatannya kurang dari 80% dari omzet harian sebelum adanya pandemi. Bahkan biasanya ia berjualan makanan kurang lebih 20 jenis makanan dalam sehari, tetapi adanya pandemi ini membuatnya hanya 10 jenis makanan saja, dan kadang dagangannya tidak habis terjual. ( Red )

Tinggalkan Balasan