Kab.Bandung Barat SRI-media com-.
Pemerintah telah resmi mengubah tanggal merah atau hari libur nasional memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya jatuh pada 19 Oktober, menjadi 20 Oktober 2021.
Namun hal ini menjadikan para pedagang di kios Tagog Padalarang, Kabupaten Bandung Barat KBB menjerit. Lantaran di hari kedua ini pasca libur Maulid Nabi sama sekali hampir tidak ada pembeli.
Safril pedagang hijab Tagog Padalarang saat di temui awak media menyebut, pengunjung sendiri menjelang libur maulid lebih banyak mengalami penurunan akibat adanya pandemi, hal itu sangat jelas dirasakan.
“Sekitar 80 persen, sebelum adanya pandemi sangat bagus ditambah dengan adanya peraturan pemerintah, dari mulai lockdown hingga PPKM yang sekarang masuk level 2”. Ucap Safril sambil mengusap keringat di kepala. Pada Kamis (20/10/202).
Dengan nada tersenggak melanjutkan perbincangan, Safril mengatakan, dirinya sempat alami kesulitan pasca penggusuran PKL kios Padalarang yang terjadi beberapa bulan lalu.
“Besaran omset kebanyakan dari konsumen PKL Tagog. Biasanya yang beli di dalam kios lihat-lihat dulu di pinggir”. Ucap Safril sembari tawarkan segelas kopi dengan nada lirih.
Dilanjutkannya kembali, ia terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk sewanya sendiri. yang harus dia kroscek dari uang pribadinya sebesar Lima Ratus Ribu Rupiah Perbulan dengan biaya tambahan membayar karyawan tunggalnya.
“Hampir 2 juta saya keluarkan untuk sewa dan biaya karyawan serta perawatan yang lain, sedangkan omset tidak memenuhi”.
Besar harapan yang ia inginkan adanya perhatian khusus dari pemerintah setempat kepada para pedagang ini.
“Kami berharap ada kemajuan kedepannya. Dan untuk pejabat lebih memperhatikan orang kecil seperti kami”. Paparnya sambil berkaca bola matanya.
Jeritan senada diungkapkan Yayah Hayati penjual baju anak-anak, Imbas penggusuran PKL berpengaruh besar. Pasalnya, pengunjung PKL di dominasi dari warga luar daerah padalarang.
“Pengunjung biasanya sengaja mampir dan sesekali melihat ke toko untuk membeli sepasang bahkan lebih di toko kami”. Ungkap Yayah.
Lokasi yang strategis tepat di pertigaan Tagog, mulai dari arah Kota Cimahi, Cianjur bahkan menuju arah Purwakarta menjadi daya tarik warga lokal maupun luar KBB untuk sekedar mampir dan singgah.
“Biasanya sebelum ke toko mereka singgah dan melihat lihat para PKL, hampir puluhan tahun kita berdampingan bersama serasa kali ini kita kehilangan tak juga omset tapi juga rekan bisnis”. Bebernya dengan nada syahdu.
Penurunan juga dirasakan dirinya hampir 50 persen, Yayah juga sepat alami kesulitan untuk membayar sewa beserta membayar karyawan.
“Meskipun saingan sudah berkurang namun pemasukan ekonomi tidak ada sama sekali, hanya satu bahkan dua pembeli dalam sehari, ya Alhamdulillah. Bahkan kalo setok baju sisa biasanya kami bagikan ke anak yatim di hari Raya”. Ucapnya.
Persaingan pedagang mereka anggap rekan bisnis kerja, Bahkan tidak menjadikan halangan, yang di jadikan permasalahan ialah imbas penggusuran PKL, janji para pejabat Pemkab KBB serta penawaran untuk diarahkan merujuk pada Pasar Tagog Padalarang yang mana masih dalam tahap pembangunan.
“Rekan-rekan Kami (PKL) di sarankan Disperindag KBB untuk ke pasar Tagog Padalarang, sedangkan sewanya selangit. Mohon janji pemerintah untuk membantu sekedar mempromosikan di tepati. Dan rekan-rekan kami yang di kini pindah di Istana Hobby bantu untuk pemasarannya”. Tegasnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag KBB sangat di tunggu-tunggu keberadaannya bagi para pedagang. Akankah ada solusi bagi mereka, Atau hanya isapan jempol. (Abdul/Red)