MASYARAKAT DESA CIBEDUG BERSWADAYA MEMPERBAIKI TALANG IRIGASI YANG RUNTUH. “SEBUAH PENGINGKARAN ATAS EKSPEKTASI MASYARAKAT OLEH PEMDA KBB”

Bandung Barat sri-media.com .Setelah bosan menunggu dan jenuh dengan janji dan iming-iming dari Pemerintah Daerah Bandung Barat , Akhirnya masyarakat Desa Cibedug “rawe-rawe rantas , malang-malang putung” menyingsingkan lengan bajunya , mencurahkan tenaga , waktu dan pikiran bahkan biayanya untuk terjun langsung berswadaya memperbaiki talang irigasi , di Kampung Babakan Talang RT 03 RW 01 Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat , Minggu , 6/11/2022.

Seperti dalam pemberitaan di media massa beberapa waktu lalu , Talang Irigasi sepanjang 124 M di Desa Cibedug itu , Diusia yang sudah 103 tahun , rubuh , 3/10/2022 lalu.

Talang Irigasi ini bukan saja menjadi sarana satu-satunya yang berfungsi menyalurkan air irigasi ke semua pelosok Desa Cibedug , namun juga merupakan sebuah Heritage , peninggalan sejarah jaman kolonial Belanda, yang sampai saat ini tidak menjadi monumen basi semata , tapi masih berfungsi dan berguna untuk sumber kehidupan masyarakat.

Gerakan swadaya masyarakat ini , memiliki implikasi lain , yaitu merupakan gerakan moral , sebuah bentuk emosional atas kekecewaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja dinas PUTR dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat , yang dianggap telah mengabaikan tanggungjawabnya dan mengingkari janjinya.

Kekecewaan warga masyarakat di Desa Cibedug sangat beralasan , pasalnya pihak dinas PUTR selama satu bulan ini hanya memberikan harapan palsu dan janji-janji saja , bahkan pembicaraan mengenai rencana itu sudah sering kali di bahas , namun tidak pernah kunjung di realisasikan.

Bahkan pernah tersiar lewat pesan WhatsApp , yang teridentifikasi pesan itu dari Kepala Bidang Pengairan Dinas PUTR KBB , Heru , yang menyebutkan bahwa pembangunan talang irigasi itu akan segera di laksanakan.

Informasi itu serta merta menumbuhkan ekspektasi dan harapan bagi masyarakat yang sangat membutuhkan air irigasi itu.
Namun karena kurangnya upaya dan tindakan yang konkret dari pihak dinas , salah satunya dengan mencari rekanan yang sanggup mengerjakan perbaikan talang itu , dan itu sangat mudah dilakukan oleh pihak dinas , namun akhirnya yang terjadi adalah pengingkaran atas ekspektasi masyarakat.

Dugaan akan kurang optimalnya pemda KBB dalam upaya merealisasikan janjinya itu , diutarakan oleh sejumlah warga masyarakat Desa Cibedug , diantaranya Asep Mulyana (Mbep) , sangat kecewa dengan kinerja Pemda KBB yang hanya beralibi dengan argumentasi tentang devisit anggaran.

“Masyarakat tidak punya urusan dengan namanya Devisit Anggaran , justeru itu semakin menunjukan ketidakmampuan pemda KBB di depan masyarakat”

“Pemimpin yang baik harus mempunyai rasa kepekaan pada situasi di sekeliling masyarakat, harus peka terhadap kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Kepekaan dan empati sangat diperlukan karena walau bagaimanapun pejabat publik itu berkewajiban melayani manusia” ungkapnya dengan makna yang dalam.

Senada dengan Mbep , ketua Gapoktan Desa Cibedug , Sopandi , menyampaikan :
“Jabatan , Pangkat , Profesi bahkan uang sekalipun , tidak akan berarti apa-apa , tanpa memiliki kepekaan sosial serta memegang teguh asas responsibility.
Karena kalau tidak mengikuti asas responsibility, akan terjadi kekacauan, karena tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dan dijanjikan kepada publik ,” katanya.

“Masyarakat telah memberikan kepercayaan kepada pejabat publik yang dipilih , mereka yang dipercaya sebagai penyelenggara pemerintahan diharapkan mampu memperjuangkan kepentingan publik melalui penyelenggaraan pelayanan yang baik”

Lebih jauh beliau menambahkan : “Sebagai bagian dari demokrasi, tuntutan publik atas pemenuhan hak-hak dasar kepada mereka yang terpilih menjadi sangat logis , sebab tidak ada pemerintahan yang demokratis tanpa adanya tanggung jawab kepada rakyat”

“Mereka yang terpilih adalah harapan bagi wajah pelayanan publik. Oleh karenanya, setelah terpilih, taktik berpolitik saja tidak cukup. Dibutuhkan pengetahuan dan kerelaan untuk menempatkan kepentingan publik sebagai alasan utama dalam mengambil setiap keputusan” pungkasnya.

Sementara tokoh masyarakat yang lain , Asep Inu , menyoroti tentang talang irigasi yang juga sebagai Heritage peninggalan jaman Belanda , menurutnya :

“Pemeliharaan Talang Irigasi ini merupakan juga Pelestarian dalam konteks Cagar Budaya, hal ini dapat dimaknai sebagai upaya pengelolaan sumber daya budaya yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya , bukan malah membiarkannya”

Masih menurut Asep Inu :
“Dalam kata lain, berkesinambungan yang dilakukan secara terus menerus dengan perencanaan yang matang dan sistematis, sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat yang merupakan pemilik sah Cagar Budaya ini” terangnya mengakhiri wawancaranya. * GUS.

Tinggalkan Balasan