Mewujudkan Generasi Berkualitas Bebas Stunting

Oleh : Tawati (Muslimah Revowriter Majalengka dan Member WCWH)

Bupati Garut Rudy Gunawan, mengajak seluruh stakeholder untuk memaknai hari anak dengan membuat perencanaan dan perlindungan yang harus diaplikasikan secara konkret, agar anak di Kabupaten Garut bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Rudy menuturkan, untuk mendapatkan anak yang sehat diharuskan adanya pengaturan perkawinan yang akan menghasilkan sebuah perkawinan yang terukur dan perkawinan yang terencana. Oleh karenanya bupati berharap, dengan adanya pengaturan perkawinan ini tidak ada lagi bayi-bayi stunting tidak sehat, kurang gizi dan lainnya. (jabarprov.go.id, 4/8/2021)

Persoalan stunting memang telah terjadi sejak lama di Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas, pada 2013, prevalensi stunting pada balita sebesar 37,2%, dan menjadi negara kelima dengan stunting terbesar di dunia.

Saat ini justru menjadi negara keempat di dunia meskipun terjadi penurunan sekitar 3,1% menjadi 27,7% bila dibandingkan dengan tahun 2018 yang berada pada angka 30,8%. Namun, angka ini tetap menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kondisi stunting yang kronis, karena berada di atas angka 20%, batas maksimal yang ditetapkan oleh WHO.

Stunting di Indonesia terjadi karena berbagai faktor, di antaranya terkait dengan pola makan, pola asuh dan sanitasi, dan tentu saja erat kaitannya dengan kemiskinan yang masih cukup besar di Indonesia.

Tingginya stunting di Indonesia menunjukkan ada yang salah dalam tata kelola dunia ini. Tingginya kemiskinan juga sangat mengherankan, mengingat Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang sangat melimpah.

Terlebih lagi, pandemi Covid-19 mengakibatkan bertambahnya kemiskinan yang membuat penghasilan berkurang bahkan hilang. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya ketersediaan dan keterjangkauan makanan bergizi, serta terganggunya pelayanan kesehatan, gizi, dan perlindungan sosial pada anak.

Kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya stunting ini jelas membutuhkan solusi nyata untuk meningkatkan daya beli dan ketercukupan pangan yang bergizi. Solusi ini jelas membutuhkan peran nyata negara sebagai pelindung rakyatnya, yang tidak mungkin terwujud dalam sistem kapitalisme.

Sayangnya, saat ini justru sistem kapitalismelah yang diterapkan di negeri ini. Sistem ekonomi kapitalisme, dengan pasar bebasnya, melegalisasi berlakunya hukum rimba dalam kehidupan. Yang kuat akan makin kaya, yang lemah makin terpinggirkan, sebagaimana fakta saat ini.

Negara bahkan abai dengan tanggung jawabnya sebagai pelindung dan penjamin rakyat. Kapitalisme membuat negara yang kaya sumber daya alam menjualnya ke swasta dan asing, dan memiskinkan rakyatnya sendiri. Kondisi ini jelas mengakibatkan kemiskinan terus terjadi. Karenanya, mustahil stunting bisa teratasi selama negara masih menerapkan kapitalisme.

Islamlah satu-satunya harapan untuk memberantas stunting. Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, termasuk anak-anak.

Islam mengharuskan kepala negara bertanggung jawab melayani kebutuhan rakyat, termasuk dalam mencegah adanya stunting. Negara juga memperhatikan kualitas generasi karena generasilah yang akan membangun peradaban masa yang akan datang.

Dengan penerapan sistem ekonomi Islam, akan diatur kepemilikan negara dan mewajibkan pengelolaan kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, negara akan memiliki sumber pendapatan yang besar, sehingga rakyat individu per individu terpenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan.

Negara juga menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan sesuai dengan gizi seimbang secara berkualitas. Sumber pendapatan yang kuat ini juga membuat negara mampu menghadapi pandemi, sehingga tidak terjadi kemiskinan dan stunting pun dapat dicegah.

Dengan dukungan sistem kesehatan Islam dan sistem lainnya, negara akan mampu memberantas stunting dengan tuntas, bahkan mampu mencegah terjadinya stunting pada keluarga yang berisiko stunting.

Keimanan dan ketakwaan penguasa bersama seluruh jajarannya akan menjadikan mereka sungguh-sungguh mengurusi rakyatnya dengan penuh tanggung jawab, karena menyadari kepemimpinan mereka akan dimintai pertanggungjawaban Allah di akhirat kelak.

Dengan demikian, negara akan mampu mewujudkan generasi yang berkualitas bebas dari stunting, yang siap mewujudkan peradaban yang mulia.

Wallahu a’lam bishshawab.

Tinggalkan Balasan