Jakarta -SRI-Media Com. PT Pertamina (Persero) masih menjual BBM jenis Pertamax atau RON 92 di harga sekitar Rp 9.000 per liter. Sementara, harga minyak dunia terpantau tinggi di atas US$ 100 per barel.
Bila dibandingkan, berapa harga BBM di negara tetangga?
Dalam keterangan Kementerian ESDM seperti dikutip Senin (28/3/2022), kisaran harga BBM non subsidi di beberapa negara ASEAN antara lain Singapura Rp 30.800/liter, Thailand Rp 20.300/liter, Laos Rp 23.300/liter, Filipina Rp 18.900/liter, Vietnam Rp 19.000/liter, Kamboja Rp 16.600/liter, Myanmar Rp 16.600/liter.
Kementerian mengungkap, batas atas harga jual BBM RON 92 atau setara Pertamax bulan Maret sebesar Rp 14.526 per liter. Harga ini mencerminkan harga keekonomian BBM berdasarkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM umum.
Harga jual BBM RON 92 ini bervariasi tergantung badan usaha dengan kisaran Rp 11.000 hingga Rp 14.400 per liter. Hanya Pertamina yang menjual di harga yang rendah yakni Rp 9.000 per liter.
“Yang pasti saat ini semua SPBU menjual RON 92 di bawah harga batas atas tersebut, di berbagai SPBU tercatat kisaran Rp 11.000-14.400 per liter, kecuali Pertamina saat ini masih menjual RON 92 atau Pertamax cukup rendah sebesar Rp 9.000 per liter. Untuk harga BBM jenis umum memang ditetapkan badan usaha, yang penting tidak boleh melebihi batas atas yang ditetapkan yaitu Rp 14.526 per liter untuk Maret 2022,” terang Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Agung Pribadi.
Dalam keterangan terbarunya, Agung mengungkap harga keekonomian Pertamax diperkirakan akan lebih tinggi lagi menyentuh Rp 16.000 per liter. Kementerian ESDM akan terus memantau perkembangan harga minyak karena jika berkepanjangan akan memberikan beban ke APBN, Pertamina dan lain-lain.
“Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp 14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp 16.000 per liter. Jadi sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Menteri ESDM, saat ini kita masih mencermati harga minyak ini, karena kalau berkepanjangan memang bebannya berat juga baik ke APBN, Pertamina dan sektor lainnya,” ungkapnya.**Ben