Bandung Barat-sri-media.com Sebuah lembaga pendidikan atau sekolah , dimanapun dan di tingkat satuan pendidikan apapun , perlu mendapat perhatian dan dukungan semua pihak , dilihat dari fungsi dan tujuan sekolah tentunya sudah menjadi sebuah tanggungjawab bersama , bukan semata-mata hanya tanggungjawab seorang pengelola yang ada di sekolah itu.
Perhatian dan kepedulian banyak pihak tersebut, untuk mendorong agar sekolah tersebut dapat mewujudkan performa yang representatif , baik dari sisi kondisi sarana dan prasarana , infrastruktur penunjang , ketersedian perlengkapan lainnya , bahkan juga harus perduli terhadap ketersedian anggarannya , memadai tidaknya biaya pendidikan yang harus di kelola oleh sekolah tersebut
sehingga penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar dapat berjalan secara optimal.
Hal ini , kalau kita berkunjung ke SMPN 2 Rongga yang berlokasi di Desa Bojongsalam Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat , terlihat kondisinya sangat memprihatinkan , beberapa lokal ruang kelas sudah katagori tidak layak pakai , dengan plafon dan lantai yang sudah hanyak terlepas.
Yang lebih parah lagi kondisinya , bahkan boleh dibilang sudah hancur , adalah bangunan kantor dan laboratorium.
Untuk mendapat keterangan yang lebih konkreet dan konprehensif , SRI-media.com. dapat menemui dan berbincang-bincang dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Rongga , Deden Sodikin, S.Pd.
Menurut Deden Sodikin , “Sejak saya di tugaskan disini , 5 bulan lalu , kondisi beberapa bangunan di SMPN 2 Rongga ini , memang sudah begini , ada kurang lebih 5 lokal ruang kelas yang sangat urgent untuk di rehabilitasi , yang lebih parah adalah bangunan kantor dan Laboratorium , nyaris hancur”katanya.
“Dengan performa sarana prasarana seperti ini akan mengurangi minat masyarakat yang memiliki anak usia sekolah SMP untuk mau menyekolahkan anaknya disini , sehingga sumber biaya pendidikan akan sulit di dongkrak”tambahnya.
“Sumber anggaran untuk pembangunan sarana pendidikan ini , sebetulnya bisa darimana saja , bisa dari pemerintah , bantuan dari swasta atau bahkan CSR dari sebuah BUMN , apalagi mengingat Desa Bojongsalam ini adalah salah satu desa yang terkena dampak langsung dari Mega Proyek Upper Cisokan , artinya masyarakat disini sangat berhak untuk mendapatkan konpensasi itu , berupa pembangunan sarana pendidikan” masih kata Deden Sodikin.
Lebih jauh , Kepala Sekolah SMPN 2 Rongga ini menjelaskan :
“SMPN 2 Rongga ini berdiri sejak tahun 2006 , waktu itu masih sekolah satu atap , tahun 2015 baru menjadi SMP Negeri , Sementara jumlah rombel saat ini ada 5 rombel dengan jumlah siswa 108 orang , dan tenaga pendidik honorer disini cukup banyak untuk ukuran sekolah dengan jumlah peserta didik sedikit , yaitu ada 8 orang guru honor”
“jumlah tenaga pendidikan honorer terlalu banyak disini , memang di satu sisi kita membutuhkan para guru honor tersebut , namun disisi lain itu menjadi beban biaya , sementara sumber satu-satunya anggaran hanya dari dana BOS , otomatis ada banyak kegiatan lain yang harus di rasionalisasi” ungkapnya.
“Dengan keterbatasan anggaran itulah , kami kesulitan untuk bisa mengadakan berbagai fasilatas untuk penunjang pembelajaran , seperti pemasangan wifi , sounsistem, microfhone dan lain-lain , bahkan hanya untuk pengadaan atau membeli ATK sekalipun sering harus merogoh kocek sendiri ” cerita Kepala Sekolah.
“Disini dibutuhkan perhatian dari pemerintah , agar guru honorer disini dapat diberi kesempatan untuk diangkat menjadi PNS melalui program P3K , hal itu sesuai dengan kebijakan Bupati KBB , bahwa membangun daerah pinggiran dan perbatasan harus menjadi skala prioritas” harapnya. ***GUS.