Bandung Barat-sri-media.com Anggota Komisi VII DPR RI,Rian Firmansyah mendorong agar BPH Migas meningkatkan fungsi pengawasan dan distribusi BBM.
Hal itu sebagai upaya agar BBM bersubsidi tepat sasaran di tengah ketidak-pastian geopolitik internasional setelah meletusnya perang Israel-Palestina, padahal dampak negatif akibat perang Rusia dan Ukraina juga belum usai dan belum ada tanda-tanda perang tersebut akan berakhir.
“Kami berharap BPH Migas dapat menjalankan tugasnya secara maksimal di dalam memastikan pendistribusian BBM bersubsidi dapat dinikmati oleh masyarakat yang berhak,”kata Rian di sela-sela seminar umum Diseminasi Informasi BPH Migas dan DPR RI di hotel Novena Lembang Bandung Barat,Senin(16/10/2023).
Foto seminar HBS
“Mengingat terbatasnya anggaran pemerintah, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat agar tidak melebihi kuota yang telah ditetapkan,”lanjutnya.
Rian menambahkan, BPH Migas perlu meningkatkan fungsi pengawasan dalam penyediaan dan pendistribusian BBM bersubsidi, pada saata yang sama, memastikan pemanfaatannya tepat sasaran di tengah ketidak-pastian geo-politik internasional, khususnya setelah meletus perang Israel-Palestina.
“Awal bulan ini, kita sudah merasakan penyesuaian harga Pertamax yang naik menjadi Rp14.000 dan harga tersebut berselisih Rp4.000 dibanding dengan Pertalite yang dipatok Rp10.000, tentu BPH-Migas akan semakin sibuk karena akan ada kemungkinan potensi berpindahnya pelanggan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax ke Pertalite karena harga naik,” tuturnya.
Saat ini kita benar-benar memasuki era ketidak-pastian, papar Rian, beberapa peristiwa global telah nyata berdampak langsung kepada masyarakat Indonesia, Covid-19, perang Rusia-Ukraina dan saat ini.
“kita menyaksikan betapa perang Palestina dan Israel menambah rentetan kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat, terutama di sektor BBM,”tukasnya.
Diketahui, Harga minyak mentah dunia kian melesat pada perdagangan Jumat lalu, setelah Israel memulai serangan darat ke Gaza.WTI tercatat melonjak 5,77% di posisi US$87,69 per barel, begitu juga dengan minyak mentah Brent ditutup naik 5,69% ke posisi US$90,89 per barel.
Padahal pada bulan Agustus 2023 lalu, kuota BBM bersubsidi 2023 diperkirakan tidak akan cukup sampai akhir tahun. Jatah tahun ini sebesar 17 juta kiloliter (KL) dan diprediksi akan habis awal Desember 2023. Meski data ini tercatat sebelum serangan Israel ke Palestina di awal Oktober 2023 pecah.
“Kita perlu memastikan agar stok BBM bersubsidi aman dan tidak lagi ada penambahan impor, karena pasti beban APBN semakin berat dan inflasi tidak terhindarkan, ujung-ujungnya menambah beban masyarakat,” kata Rian.
“Meskipun demikian saya kira, Perang Israel dan Hamas Palestina dalam jangka panjang tidak terlalu mempengaruhi harga minyak dunia, karena tidak terkait langsung dengan produksi minyak, kecuali jika perang tersebut melebar hingga ke seluruh kawasan Timur Tengah,”pungkasnya*** dunk